Sabtu, 31 Januari 2015

SELAMAT ULANG TAHUN NU YANG KE 89


KAMI MENGUCAPKAN SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE 89

Kami akan membumikan Islam yang rahmatan lil alamin
Kami akan meneruskan perjuangan para ulama
Kami akan menjaga NKRI sampai mati
Kami akan memupuk solidaritas dalam segala lini kehidupan

Jumat, 23 Januari 2015



PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberi rahmat dan karunianNya. Sholawat dan salam selalu mengalir untukmu Rosul Akhiruzzaman ( Muhammad ibn Abdillah. ) yang menjadi penerang alam semesta. Berawal dari sebuah kegundahan hati, kegersangan fikiran dan rasa rindu. Kami mengadakan kegiatan tawassullan dengan rangkaian pembacaan sejarah Nabi muhammad SAW dan Manakib Syeh abdul Qodir al Jaelani dengan iringan alat musik yang bernuansa Islami. Rasa syukur kepada Allah SWT. Karena berkat  kegigihan, Allah meridloi kegiatan ini.
Dalam sebuah angan – angan yang sempat menjadi perbincangan antara Ust. Adib Ulinnuha dan Ali Sofyan menjadikan sebuah keprihatinan, mengingat santri masjid Thoriqul Jannah yang di ampu Ust. Adib Ulinnuha menginginkan adanya alat musik Islami ( Rebana ). Hal ini pernah dijalani oleh beliau untuk urunan namun mengingat pembelian alat yang terhitung besar untuk kalangan pribadi santri akhirnya tidak jadi diteruskan dan kegiatan berjalan sebagaimana biasa.
Dalam hal ini, Ali Sofyan berbincang - bincang dengan Sdr. Kholiq Waluyo dalam hal keprihatinannya Ust. Adib Ulinnuha. Akhirnya kami berdua berjanji kepada Ust. Adib Ulinnuha untuk mengusahakan alat yang dimaksud di atas. Dalam beberapa bulan akhirnya Sdr. Kholiq Waluyo, Edi Riyanta dan Ali Sofyan bermusyawarah, memutuskan dan mengutus Sdr. Edi Riyanta dan Alisofyan untuk segera membeli peralatan ( rebana ). Alhamdulillah, pada tanggal 9 Maulud 2013 kami mendapatkan alat rebana dari bapak Munawar di Juana Pati dengan harga 3.765.000.
Rasa gelisah yang terpendam selama bertahun tahun yang dirasakan Sdr. Muhlisin terobati setelah Sdr. Edi Riyanta membawa alat tersebut pada tanggal 10 Maulud 2013 ba’da isyak ke Masjid Thoriqul Jannah Dunggayam. Namun karena diantara kami tidak ada yang mampu untuk menguasai tehnik dalam memainkan alat tersebut, secara tiba – tiba datanglah Alfin yang pada saat itu menjadi peserta didik MA Mathali’ul Falah Tulakan Donorojo bersama teman – temannya,berlatih.
Semangat yang tinggi membuat para santri yang di motori Alfin dan teman – temannya dan atas arahan dari Sdr. Muhlisin dan Ust. Adib, maka terbentuklah corak dalam lantunan sholawat yang klasik. Dominasi karakter keklasikan dalam lantunan syair sholawat tentunya tidak asing bagi masyarakat pada umumnya. Tentunya hal tersebut tidak menutup kemungkinan di komparasikan dengan gaya lagu modern yang selalu berkembang namun demikian diserasikan dengan gaya klasik itu sendiri.

Pada tanggal 27 Januari 2013 M., 15 Rabiul Awal 1434 dalam penanggalan Hijriah, Candrasengkala 15 Maulud 1946 ). Pada tanggal tersebut disepakati sebagai awal berdirinya tawasullan dan munajat dengan media sholawatan dengan iringan do’a Fatekhah bersama - sama.
Seiring dengan perjalanan tawasulan dan munajat, maka diantara jama’ah mengusulkan tentang pemberian nama dalam kegiatan tersebut, terdiamlah mereka untuk berfikir dan akhirnya disepakati dengan pemberian nama Ki Ageng Barata*. Suka cita tampak jelas terlihat dalam raut wajah mereka akhirnya dengan iringan do’a Fatekhah bersama – sama, nama tersebut ditetapkan sebagai nama dalam kegiatan itu.
Sholawat Ki Ageng Barata sebagai media tawasullan dan munajat dilaksanakan setiap hari ahad malam senin dilaksanakan setelah selesai sholat isyak, namun dalam perkembangannya dilaksanakan ba’da sholat maghrib dan dilanjutkan setelah sholat isyak sampai selesai.
Durasi waktu dalam tawasulan dan munajat yang biasa dilakukan sholawat Ki Ageng Barata minimal 3 jam dan maksimal 4 jam,namun hal tersebut tidak dijadikan sebagai kegiatan yang sifatnya harga mati namun lebih bisa menyesuaikan kondisi mengingat diantara para santri masih dalam bangku sekolah.
Potensi yang semula terpendam rapat diantara santri mulai nampak muncul sehingga banyak ide terealisasi dengan baik, diantara gagasan brilian para santri adalah dengan menggubah syair – syair menjadi indah dan bisa diterima masyarakat. Dalam asuhan Sdr. Muhlisin dan Ust. Adib kegiatan semakin berkembang dan tidak hanya dilaksanakan di masjid seperti biasanya namun dalam skala yang lebih besar dalam peringatan Isra’ Mi’raj yang dilaksanakan di halaman Yayasan Mathali’ul Falah dengan pembicara habib Ali al Habsyi.
Demikian sekilas profil dari sholawat Ki Ageng Barata, tiada yang berjasa dan paling berjasa, tiada yang hebat dan paling hebat. Bagi kami yang paling berjasa dan paling hebat adalah siapa yang istiqomah dalam membumikan sholawat sebagai sarana apapun yang baik dan merintis generasi Islam yang tangguh. Pun demikian, tidaklah elok kita euforia dalam hal tersebut karena semua atas izin Allah SWT.
Tiada gading yang tak retak, Semoga Allah SWT selalu meridloi perjuangan ini, Amin. Demikian semoga  informasi ini bermanfaat, Amin.

Jepara, 24 Januari 2015

Ali Sofyan al Ekra’i